Selama mengikuti berbagai program kehamilan, saya merasa kalau bayi tabung adalah yang paling tinggi kastanya, kemungkinannya paling mungkin berhasil, dan kalau menjalani program bayi tabung, udah pasti hamil nih.
Ternyata...tidak tuh. Program bayi tabung, yang saya jalani Maret 2017 ternyata gagal. Saat dokter memberitahu bahwa hasil test HCG saya rendah, dengan kata lain, program saya gagal. Saya blank. Dokter masih berbicara tentang kemungkinan kegagalan. Dan apa yang harus saya dan suami lakukan bila kami ingin mengikuti program bayi tabung lagi. Dokter bilang tentang jangan patah semangat dan sebagainya.
Tapi, seperti yang saya bilang, saya blank. Pikiran saya kosong. Yang saya inginkan saat itu hanya keluar dari ruang praktek dokter dan pergi entah kemana. Tak sengaja, tatapan saya dan suami bertemu, air mata yang sudah saya tahan, hampir tumpah. Saya tidak mau menangis.
Sebelum mengikuti program bayi tabung, saya sudah memikirkan kemungkinan terburuk, yaitu: programnya gagal. Apa yang harus saya lakukan. Dan, hal pertama yang saya pikirkan saat itu, saya tidak mau menangis.
Keluar dari ruang praktek dokter, suami menggenggam erat tangan saya. Lift yang tidak kunjung berhenti membuat kami turun naik tangga. Di tangga, suami memeluk saya erat. Saya balas memeluknya. Tidak terasa air mata mengaliri pipi saya.
Saya mengucap istigfar banyak-banyak. Dan memikirkan bahwa semua ini karena Allah. Apa yang kita dapatkan adalah yang terbaik menurut Allah. Semua atas kehendak-Nya. Manusia hanya bisa berusaha, dan Allah yang memutuskan, apakah Dia akan memberikannya sekarang, atau menundanya.
Setelah meyakini hal itu berulang-ulang, saya pun membaca ayat terakhir Surat Al-Baqarah. Isinya adalah tentang Allah yang memberikan pahala bagi orang-orang yang telah berusaha. Di parkiran mobil rumah sakit, saya terus-terusan membaca ayat tersebut. Sementara suami terus menerus menggenggam tangan saya.
Akhirnya, saya pun pasrah. Saya dan suami pasrah. Karena, apalagi yang harus saya lakukan selain itu. Suami kemudian mengulang perkataan dokter tentang kami yang harus hidup lebih sehat, rajin olahraga, dan tidak patah semangat untuk selalu berusaha.
Saya mengangguk, dan bertekad dalam hati, untuk tidak patah semangat dalam hal apapun. Bila sekarang, kami masih gagal, kami bersyukur, karena kami tetap memiliki satu sama lain. Dan keyakinan bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya.
Sayapun merasakan apa yg mba asri rasakan di waktu yang sama bulan maret 2017 program batab kami gagal, serasa dunia runtuh, menyalahkan diri sendiri, menyalahkan dokter dan ingin menyendiri bahkan saya sempat tak mau keluar rumah untuk bekerja seprti biasa saya sedih dan hanya bs menangis mengingat tahap demi tahap proses bayitabung kami yg gagal...hanya suami yg slalu memeluk sy dan menghibur sy saat sy menangis...ya Allah smoga kita segera diberikan kepercayaan utk hamil melahirkan dan merawat anak kami. Aminnn
BalasHapusMbak Faeya, terima kasih sudah mampir. Maaf baru terlihat komentarnya.
BalasHapusTetap semangat!