Minggu, 29 Oktober 2017

Kelakuan Kids Zaman Old di Belantara Kids Zaman Now


                                  Coba tebak, mana kids zaman old dan mana kids zaman now?


Setelah dua tahun menjalani kehidupan sebagai freelancer, akhirnya pada September 2017 lalu, saya pun mengikatkan diri kembali pada sebuah kantor. Tapi bukan mau cerita tentang kantornya sih, saya lebih mau cerita, bahwa dengan berkantor kembali, berarti kids zaman old ini “bergaul” dengan kids zaman now.

Oke...cerita dimulai ketika kaki saya tiba-tiba sakit. Nggak ada alasan kenapa kaki saya harus sakit. Saya pegang juga tidak ada bengkak juga memar. Saya curhat sama genk di grup WhatsApp. Jawaban mereka menenangkan saya. “Pernah saya juga sakit kayak gitu. Kaki tiba-tiba sakit, nggak bisa dipakai jalan.” “Saya juga gitu. Ini lagi sakit malah.” Dan komentar-komentar lainnya yang menenangkan saya. Alhamdulillah...i’m not alone.

Maka, saya pun ke dokter. Ternyata, disuruh tes asam urat sama dokternya. “Ya Allah, penyakitnya tua banget yaa,” ucap saya dalam hati. Setelah di tes, asam urat saya baik-baik saja. Tapi, kaki saya kena radang otot. Rrr...

Besoknya saya pun ngantor. Ada yang tanya kenapa saya nggak masuk, dan kenapa saya jalan terpincang-pincang. Saya jelaskanlah derita saya plus cerita tentang kecurigaan saya terkena asam urat. Ternyata, muka yang bertanya bingung, dan dengan pelan bertanya, “asam urat itu apa?”
Huft

Cerita lain lagi. Saya ketemu teman seangkatan waktu kerja di Femina Group dalam perjalanan ke kantor. Ketemu teman di perjalanan adalah hal yang menyenangkan, karena saya jadi bisa temu kangen sambil ngobrol. Sambil ngobrol, saya meraih counterpain dari tas saya. “Maaf yaa, ini leher nggak bisa noleh, jadi harus oleh-oles counterpain di leher,” bilang saya. Teman saya mengangguk, sambil meraih ke tasnya dan mengeluarkan Vicks yang langsung dia oleskan ke pelipisnya. Hahaha...ternyata kami saja.

Kids zaman old udah nggak ngarep deh, pakai parfun wangi-wangi. Karena sebenarnya, akan selalu menguar wangi oles-olesan segala minyak atau apapun itu dari tubuh kami.

Lalu ada cerita lain lagi, saat saya terlibat dalam sebuah event. Banyak sekali anak kuliahan yang terlibat dalam event tersebut. Anaknya asyik-asyik banget. Bertanggung jawab dan berjiwa muda (ya iyalah emang mereka masih muda). Kami sedang nongkrong sambil nunggu abang nasi goreng memasak masakan kami. Banyak sekali nyamuk di sekitar tempat kami menunggu. Refleks, saya pun menyanyikan lagu Nyamuk dari Pesta Rap. Ada yang menoleh sambil komentar. “Mbak, lo ngarang lagu yaa.” Saya langsung jawab, bahwa itu adalah sebuah lagu, dari sebuah kelompok rap yang lumayan ngetop ditahun 1990an. Mereka pada tertawa ngakak. “Lucu banget sih, nyamuk kok dijadiin lagu,” komentar salah satunya. Huft (2)

Becandaan yang udah nggak nyambung terjadi lagi ketika ada teman-teman kantor yang duduk berjajar rapi, seperti sedang mau ikut cerdas cermat. Lalu, saya dengan sok lucu berkomentar, “kalian duduk rapi banget. Mau ikut KELOMPENCAPIR yaa.” Bukan tawa, tapi tatapan aneh juga bingung pun menghampiri saya. Huft (3)

Banyak banget sih, generation gap yang saya alami selama berada di belantara kids zaman now. Mulai dari becandaan yang udah nggak nyambung, sampai kondisi badan yang sama sekali udah nggak sama dengan kids zaman now. Tapi, seperti kata sebuah pantun, bila ada sumur di ladang, boleh kita menumpang mandi. Bila ada umurku panjang, boleh kita bertemu lagi.

Pantun banget, nggak nyambung lagi. Yah, namanya juga kids zaman old.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar